Paidi, warga setempat menjelaskan kepada Kompas.com bahwakasur di desa Kemiren memang unik dan berbeda dibandingkan desa-desa lain yang ada di Banyuwangi.
"Kasur Abang Cemeng. Abang artinya merah dan cemeng artinya hitam. Jadi sisi atas dan bawah kasur berwarna hitam, sedangkan kelilingnya berwarna merah," katanya.
Paidi menjelaskan setiap pengantin baru yang tinggal di Kemiren akan mendapatkan kasur abang cemeng. Paidi mengaku sudah belasan tahun sejak menikah, dia menggunakan kasur abang cemeng sampai saat ini.
Sementara itu, Purwadi, Ketua Masyarakat Adat Desa Kemiren mengatakan, jika ada filosofi khusus dari pemilihan warna hitam dan merah pada kasur masyarakat Kemiren.
"Cemeng atau hitam adalah simbol dari tolak bala, sedangkan abang atau merah adalah simbol dari keabadian rumah tangga. Jadi dengan menggunakan kasur abang cemeng diharapkan pasangan pengantin baru terhindar dari kesialan dan bisa langgeng," katanya.
"Mepe kasur" sendiri dilaksanakan setiap awal bulan Dzulhijjah dalam kalander Islam. Setelah 'mepe kasur', warga Kemiren berdoa di makam Buyut Cili, leluhur Desa Kemiren dilanjutkan dengan arak-arakan barong dan obor blarak yang dibuat dari daun kelapa kering.
Editor : I Made Asdhiana
Anda sedang membaca artikel tentang
Tradisi \"Mepe Kasur Abang Cemeng\" di Banyuwangi
Dengan url
http://efficacycupofcoffee.blogspot.com/2013/10/tradisi-kasur-abang-cemeng-di-banyuwangi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Tradisi \"Mepe Kasur Abang Cemeng\" di Banyuwangi
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Tradisi \"Mepe Kasur Abang Cemeng\" di Banyuwangi
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar