"Akhirnya kami mendapat kesempatan bermain di Jazz Gunung. Ini pengalaman pertama kami main di ruang terbuka yang udaranya dingin sekali. Kalau begini namanya bukan Kulkul lagi, tapi cool," ujar Didit dalam perbincangan dengan Kompas.com usai tampil dalam pertunjukan yang diadakan di Java Banana, Bromo, Sabtu (22/6/2013).
Terlepas dari udara dingin yang mengigit, selain menghibur dengan jazz etniknya, Kulkul mencoba mengenalkan sesuatu yang baru.
"Kami mencoba lebih kental ke-Bali-annya, seperti Krakatau dengan ciri Sunda," jelas Didit (violin), yang tampil bersama Faizar Fasya (gitar), RM Aditya (keyboard dan piano), Zoltan Renaldi (bas), dan Demas Narawangsa (drum) serta para seniman gamelan Ketut Budiyasa, Kadek Setiawan, I Wayan Sudarsana, dan I Wayan Sudiarta,
"Seperti tadi ada aksi teaterikal tari Bali dan bakar sesajen. Kami selalu tampilkan itu," lanjutnya.
Dalam penampilan mereka, Kulkul mendapat sambutan hangat ketika mereka memainkan komposisi-komposisi "Welcome to Bali", "Uluwatu", "Melati Suci", "Tajen (Adu Ayam)", dan "Janger".
Anda sedang membaca artikel tentang
Di Bromo, Kulkul Jadi \"Cool\"
Dengan url
http://efficacycupofcoffee.blogspot.com/2013/06/di-bromo-kulkul-jadi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Di Bromo, Kulkul Jadi \"Cool\"
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Di Bromo, Kulkul Jadi \"Cool\"
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar