JAKARTA, KOMPAS.com - Mega proyek deep tunnel atau terowongan multi fungsi yang diyakini oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dapat mengurai banjir yang selalu menghampiri Ibu Kota, ternyata mendapatkan pandangan berbeda dari beberapa pihak. Setelah dinilai sebagai proyek dadakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI, kini deep tunnel juga mendapat kritikan dari Pengamat Perkotaan Nirwono Joga.
Nirwono menilai proyek yang diperkirakan membutuhkan dana Rp 16 Triliun tersebut tak mampu mengurangi titik banjir yang ada di Ibu Kota. "Perlu diingat, Deep Tunnel itu tidak untuk mengurangi banjir. Tapi untuk mengurangi debit air puncak saat Ciliwung sedang tinggi," kata Nirwono, saat dihubungi wartawan, di Jakarta, Minggu (13/1/2013).
Menurut dia, dibutuhkan waktu yang sangat panjang untuk melakukan pengkajian pada mega proyek deep tunnel. Oleh karena itu, ia mengimbau kepada Jokowi agar lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan, terutama kebijakan yang belum melalui proses hukum.
"Daripada membuat deep tunnel yang belum jelas dasar hukumnya, kan lebih baik fokus revitalisasi drainase, revitalisasi situ dan waduk, perbanyak daerah resapan," kata Nirwono.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana mengatakan mega proyek deep tunnel merupakan proyek dadakan. "Mau Pak Jokowi bilang proyek deep tunnel bukan hasil dari wangsit gorong-gorong, ya tapi tetap saja, seharusnya dalam menentukan proyek itu harus dengan strategic planning (rencana strategis) nya yang jelas," kata pria yang akrab disapa Bang Sani tersebut. Selain itu, kata Sani, seharusnya Pemprov DKI mengacu kepada Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017.
Jokowi menjanjikan program deep tunnel akan dimasukkan ke dalam RTRW 2011-2030, RPJMD 2013-2017 yang kemudian juga bisa dimasukkan ke dalam revisi tambahan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang).
Meski Jokowi tengah merancang payung hukum deep tunnel untuk masuk dalam RPJMD 2013-2017, Sani menilai seharusnya Jokowi tidak serta merta memasukkan suatu proyek besar dalam RPJMD 2013-2017. "Enggak bisa dadakan untuk main masukin saja ke RPJMD, ini ngurus kota loh bukan ngurus halaman rumah, harus ada kajian yang matang," tegas Sani.
Selain itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menyayangkan keputusan Jokowi yang tidak melakukan public hearing untuk proyek deep tunnel, seperti proyek Mass Rapid Transit (MRT). "Kenapa pada saat pemaparan terbuka MRT, beliau mengundang warga? Tetapi untuk pemaparan deep tunnel, monorel enggak pernah ada. Ini kan menjadi pertanyaan bagi warga juga. Semua itu sebenarnya bisa terjawab dan ada strategic planning dalam membuat program," kata Sani.
Sebelumnya Jokowi mengatakan bahwa Jakarta membutuhkan saluran raksasa di dalam tanah atau disebut sebagai deep tunnel. Terowongan ini dibutuhkan untuk mengatasi persoalan banjir yang berimbas pada kemacetan parah. Menurut Jokowi, deep tunnel nantinya bisa berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi.
Deep tunnel yang dimaksud mirip dengan konsep smart tunnel yang ada di Kuala Lumpur. Rencananya, deep tunnel akan membentang dari MT Haryono sampai Pluit. Selain dapat untuk mengantisipasi banjir, juga dapat digunakan sebagai jalan tol, jaringan fiber optik, menyalurkan air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya.
Mega proyek ini bernilai Rp 16 triliun dan akan didanai oleh investor. Diameter deep tunnel kurang lebih 16 meter. Jokowi menargetkan mega proyek tersebut dapat diselesaikan sekitar empat tahun.
Anda sedang membaca artikel tentang
Deep Tunnel Belum Mampu Atasi Banjir
Dengan url
http://efficacycupofcoffee.blogspot.com/2013/01/deep-tunnel-belum-mampu-atasi-banjir.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Deep Tunnel Belum Mampu Atasi Banjir
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Deep Tunnel Belum Mampu Atasi Banjir
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar