Sosiolog: Pelajari Sejarah Rahim Kepemimpinan Bangsa

Written By bopuluh on Kamis, 20 Desember 2012 | 03.14

JAKARTA, KOMPAS.com--Sosiolog dari Universitas Indonesia   Thamrin Amal Tamagola menilai krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini harus dicarikan solusinya melalui pembelajaran sejarah rahim kepemimpinan bangsa masa lalu.

"Krisis kepemimpinan memang ada saat ini. Tidak bisa lagi penyelesaiannya secara tambal sulam seperti era reformasi saat ini, melainkan diperlukan penyelesaian yang radikal fundamental, yang mencari akar masalah dan solusi, dengan melihat dan mempelajari rahim kepemimpinan bangsa dari periode ke periode," kata Thamrin Amal di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan, dengan melihat dan mempelajari rahim kepemimpinan bangsa, maka akan diketahui baik buruknya benih pemimpin yang akan dihasilkan suatu bangsa.

Menurut pengamatan Thamrin, sejak era sebelum kemerdekaan hingga saat ini, terdapat sedikitnya lima rahim kepemimpinan.

Pertama, rahim kepemimpinan yang berasal dari kaum pergerakan, yang muncul di awal abad ke-20, dengan ciri-ciri mereka yang tercerahkan dan kemudian mengambil tanggung jawab atas nasib bangsa.

"Ciri-cirinya mereka dari keluarga sederhana secara materi, namun pengetahuannya sangat luas. Mereka menjadi 'founding fathers and mother' atau perintis, dengan meletakkan landasan bangsa Indonesia, menjelajah seluruh literatur dan terus berupaya mencari ilmu pengetahuan," kata dia.

Menurut Thamrin, tokoh-tokoh rahim kaum pergerakan antara lain Bung Karno dan Bung Hatta pada eranya. Di masa itu menurut dia, para pemimpin tidak mengharapkan pamrih apa pun dari bangsa.

"Satu-satunya pamrih mereka hanya melihat anak bangsa merdeka secara politik, ekonomi, sosial dan budaya," katanya.

Rahim kedua, menurut dia, yakni rahim akademi militer di mana kepemimpinan bangsa mulai diambil alih para jenderal yang kemudian melahirkan jenderal polisi, Angkatan Darat, Laksamana Angkatan Laut dan Marsekal Angkatan Udara.

"Tapi pada zamannya, yang banyak mengambil posisi kepemimpinan adalah Angkatan Darat. Kecenderungan pemimpin militer sangat disiplin dan tegas, dan kalau sudah mendapatkan perintah maka mereka akan lakukan dan harus berhasil, kemampuan disiplin organisasi sangat bagus, karena mereka merencanakan segala sesuatunya," katanya.

Namun, kepemimpinan yang berasal dari rahim militer, menurut dia, tidak dapat berpikir panjang dan bertindak pragmatis untuk mencapai tujuan.

Rahim ketiga, yakni pemimpin yang dilahirkan dari organisasi pelajar dan mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kampus, yang menghasilkan pemimpin berkarakter.

"Rahim ketiga ini masih berproduksi hingga saat ini. Dulu kelompok Akbar Tandjung cs yang merupakan kelompok aktivis Cipayung termasuk dalam rahim ini," kata dia.

Sementara itu rahim keempat, yakni rahim bisnis, yang melahirkan pemimpin dari dunia bisnis, mulai dari tingkatan mikro.

"Pemimpin dari rahim ini ahli memimpin perusahaan, contohnya seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, dan di DPR Bambang Soesatyo. Mereka pintar mengelola manajemen, namun kemampuan manajemen saja tidak cukup, harus ditambah lagi dengan kemampuan lobi, persuasi, mengumpulkan informasi, kemampuan agregasi, dan harus mampu mengartikulasikan masalah utama yang terjadi," ujarnya.

Dia mengatakan bahwa pemimpin dari pebisnis cenderung dalam konteks mengejar laba. Sedangkan negara seharusnya mengupayakan pelayanan publik mendasar dalam kesehatan, pendidikan, transportasi dan lain sebagainya.

"Oleh karena itu, saya sarankan hati-hati dengan pemimpin dari militer dan dunia bisnis. Keduanya ada keunggulan dan ada kelemahan," ujar dia.

Sementara itu rahim kelima menurut dia merupakan rahim yang menjadi fenomena terobosan layaknya yang dilakukan sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"Rahim kelima ini merayap dari perilaku konkret, memiliki karakter, bekerja untuk rakyat, dan memiliki rekam jejak. Pemimpin itu tidak bisa ujug-ujug, karbitan, melainkan yang sejati harus berakar ke bawah, bukan diorbitkan oleh keluarga tertentu atau pemimpin yang sudah jadi," katanya.

Dia mengatakan, sejauh ini sosok pemimpin paling ideal yakni duet dwitunggal Bung Karno dan Bung Hatta. Namun, sampai saat ini sosok seperti keduanya belum dapat ditemukan kembali.

"Bung Karno itu pemimpin yang sangat paripurna, karena dia punya semua, kecuali kemampuan organisasi dan administrasi, sehingga dia membutuhkan Bung Hatta yang bisa mengambil peran itu. Sayangnya mereka berpisah, dan sampai sekarang belum ditemukan lagi dwitunggal ideal seperti itu," katanya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Sosiolog: Pelajari Sejarah Rahim Kepemimpinan Bangsa

Dengan url

http://efficacycupofcoffee.blogspot.com/2012/12/sosiolog-pelajari-sejarah-rahim.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Sosiolog: Pelajari Sejarah Rahim Kepemimpinan Bangsa

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Sosiolog: Pelajari Sejarah Rahim Kepemimpinan Bangsa

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger